Sebagai seorang Muslim dan Da’i, adalah sebuah kewajiban secara
mental dan fisik untuk mempersiapkan konsekuensi atas aktifitas kita.
Orang-orang tidak akan mendapatkan masalah dari melaksanakan kewajiban
individu kita, seperti shalat, puasa, tetapi jika kita menyeru mereka
untuk menundukkan seluruh hawa nafsu dan hidup dengan aturan Allah –
sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah SAW – kita dengan tidak
diragukan lagi akan menemukan sebuah reaksi permusuhan.
Sebelum Nabi Muhammad SAW datang secara terang-terangan dengan
risalah Islam orang-orang kafir bukan tidak memperhatikan mereka, dan
bahkan dia digelari Al-Amien. Namun, pada saat dia diberikan kewajiban
untuk menyeru orang-orang untuk meninggalkan kebiasaan mereka,
meninggalkan jalan hidup mereka, dan hanya mengikuti serta menerima
hukum Allah, dia dimusuhi, diboikot, dikiritik, ditertawakan dan
disalahkan.
Nabi Muhammad SAW hanya menyeru mereka untuk melafalkan satu
kalimah: “Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah”, maka mengapa
mereka bereaksi membenci dan memusuhi Allah, Rasul-Nya dan orang-orang
beriman (Shahabah) ? Orang-orang kafir telah beriman pada Allah, jadi
mengapa mereka begitu sulit untuk mendeklarasikan Kalimah Allah ?
Jawabannya sederhana bahwa kalimah laa ilaaha illah bukan hanya
berarti “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Laa ilaaha illallah berarti
bahwa mereka akan menyerahkan kebiasaan mereka, tradisi, kemauan, hobi,
jalan hidup, agama, ideologi dan kepercayaan mereka, dan hanya menerima
Islam sebagai indentitas mereka dan Allah sebagai pembuat hukum bagi
mereka. Lebih lanjut, ini sangat sulit bagi mereka untuk menerima dan
itulah mengapa mereka – seperti bangsa yang sebelumnya –
mendeklarasikan perang melawan Rasul Allah dan para Shahabatnya.
Para Shahabat ada yang dipukuli, ditawan, disiksa, dibunuh, dan
Rasulullah SAW difitnah, dituduh mencuci otak pemuda dan dicap sebagai
orang gila (majnun), pembohong, dan tukang sihir.
Kepada Muslim, kita harus berfikir dan bertanya kepada diri kita :
jika itu terjadi kepada pemimpin kita, apakah itu juga akan terjadi
pada kita ?! Bagaimana bisa kita berharap untuk hidup berdasarkan pada
ajarannya SAW dan tidak mengantisipasi terhadap reaksi yang sama,
permusuhan dan konsekuensi yang dia dan shahabatnya telah hadapi ?
Pernahkah dalam kehidupan Rasulullah hidup dengan menaati hukum mereka
(buatan manusia), atau pernahkah dia menyeru masyarakat untuk menaati
hukum Allah ? pernakah Abu Lahab (dan para pemimpin Tawaghit di masa
Rasulullah) dan menteri-menterinya memuji beliau, mengizinkannya untuk
berbicara tentang Islam dan mempunyai masjid sendiri, atau pernahkah
mereka memerintahkan polisi mereka untuk menangkap beliau SAW dan
menghentikan aktifitasnya?
Kita harus selalu mengisi dalam benak kita bahwa Ahlul Haq akan
selalu dibenci oleh mayoritas dan bahwa Islam akan terlihat sebagai
sesuatu yang aneh. Lebih lanjut, kita seharusnya tidak pernah
mengharapkan kuffar untuk mencintai kita dan dien kita, dan memberikan
kita publisitas bagus di media. Jika kuffar telah memuji kita dan
merasa puas dengan kita, ini berarti bahwa kita telah mengkompromikan
kepercayaan kita, atau mereka berbohong. Jika kuffar membenci
Rasulullah SAW (dan bahkan berusaha untuk membunuhnya) mereka juga akan
membenci orang-orang yang berusaha untuk mengikutinya. Mereka hanya
akan mengagumi dan memuji Munafiqun dan orang-orang moderat.
Kapan saja (dahulu dan sekarang) Ahlul Haq berbicara seluruh dunia
akan mendengarkan mereka; kuffar, komunitas lokal, teman-teman mereka,
lawan dan bahkan mereka yang tidak setuju dengan mereka akan
mengunjungi web site mereka dan tekun mendengarkan apa yang mereka
katakan. Ini karena da’i seperti sebuah sel yang hidup, penuh dengan
energi, ide-ide baru dan inspirasi pemikiran. Dia berbicara tidak
seperti orang lain dan pandangannya unik dan kuat, dan inilah mengapa
dia menerima banyak perhatian dan menjadi sorotan media daripada
orang-orang moderat – yang dengan mudah memuntahkan apa yang kuffar
katakan.
Para Da’i akan selalu berkomentar pada apa yang terlihat di
selilingnya dan tidak akan pernah tinggal diam tentang munkar
(kejahatan). Dia akan mengaplikasikan Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk
realitas dan menganalisa kejadian-kejadian baru berdasarkan pada Kitab
Allah dan Sunnah Muhammad SAW.
Pada saat Rasulullah SAW dahulu mengajak Musyrikin kepada Islam dia
menunjukkan kondisi aktual mereka. Dia akan mengutuk kebiasaan buruk
mereka seperti judi, membunuh anak (aborsi), zina, homoseksual, menipu
di pasar, rasisme dan seterusnya kemudian sesudah itu memperkenalkan
Islam sebagai satu-satunya alternatif dan solusi.
Kepada Ummat Muslim, jika kita menginginkan untuk bersama dengan
Rasulullah SAW, para Shahabatnya dan Nabi sebelum beliau di surga, kita
harus berusaha untuk menjadi seperti mereka dan bersiap-siap
menghadapai penderitaan sebagaimana mereka menderita. Haq akan selalu
berbenturan dengan batil dan selanjutnya mereka tidak bisa berdampingan
satu sama lain. Adalah sebuah kewajiban kita untuk meyakinkan bahwa
Al-Haq melebihi Al-Batil.
Allahu Akbar…..!
[sumber al muhajirun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar