Doa adalah saat-saat ketika kedekatan
seseorang dengan Allah dapat dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat
memerlukan Dia. Hal ini karena ketika seseorang
berdoa, ia akan
menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya dirinya di hadapan Allah,
dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan
dan kesungguhan seseorang dalam berdoa tergantung pada sejauh mana ia merasa
memerlukan. Misalnya, setiap orang berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan
di dunia. Namun, orang yang merasa putus asa di tengah-tengah medan perang
akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan berendah diri di hadapan Allah.
Demikian pula, ketika terjadi badai yang
menerpa sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang
akan memohon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah
diri dalam berdoa. Allah menceritakan keadaan ini
dalam sebuah ayat:
“Katakanlah:
Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan
di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dengan suara yang lembut:
‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami
menjadi orang-orang yang bersyukur’.”
(Q.s. al-An‘am: 63).
Di dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan
manusia agar berdoa dengan merendahkan diri:
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s. al-A‘raf:
55).
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan
bahwa Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang
berada dalam kesusahan: “Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain
Allah? Sedikit sekali kamu yang memperhatikannya.” (Q.s. an-Naml: 62). Tentu
saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika berdoa kepada Allah.
Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami maknanya sehingga
mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian, ketika seseorang
tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah dengan keikhlasan
yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang dengan sepenuh
hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan kekurangan
mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun mereka
tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang
membedakan mereka dengan orang-orang
kafir dan orang-orang yang imannya lemah. Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam
Berdoa
Seseorang dapat memohon apa saja kepada
Allah asalkan halal. Hal ini karena sebagaimana telah disebutkan terdahulu,
Allah adalah satu-satunya penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika
Dia menghendaki, Dia dapat memberikan kepada manusia apa saja yang Dia
inginkan. Setiap orang yang berpaling kepada Allah
dan berdoa
kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah berkuasa melakukan apa saja
dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa
sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw.2 Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja
bagi-Nya untuk memenuhi keinginan apa saja,
dan Dia akan
memberikan apa yang diminta oleh seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan
bagi orang itu dalam doa tersebut. Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman
yang disebutkan dalam al-Qur’an merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang
hal-hal yang dapat mereka mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa
kepada Allah agar diberi keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya,
meskipun istrinya mandul:
“Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya
dengan suara yang lembut. Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah
seorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang putra. Yang akan mewarisi
aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya‘qub; dan jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang
yang diridhai’.” (Q.s. Maryam: 3-6).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria
dan memberikan kepadanya berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah
menerima berita gembira tentang seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa
heran karena istrinya mandul. Jawaban Allah
kepada Nabi Zakaria
menjelaskan tentang sebuah rahasia yang hendaknya selalu
dicamkan dalam hati
orang-orang yang beriman:
“Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, bagaimana
akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan
aku sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.’ Tuhan berfirman,
‘Demikianlah.’ Tuhan berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku,
dan sesungguhnya
telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama
sekali’.” (Q.s. Maryam: 8-9)
Ada beberapa Nabi lainnya yang
disebutkan dalam al-Qur’an yang doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh
a.s. memohon kepada Allah untuk menimpakan
azab kepada kaumnya
yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga untuk membimbing
mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari doanya, Allah menimpakan
azab besar kepada mereka yang tercatat dalam sejarah.
Nabi Ayub a.s.
menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, “… Sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang.” (Q.s. al-Anbiya’: 83). Sebagai jawaban terhadap doa Nabi Ayub, Allah
berfirman sebagai berikut:
“Maka Kami pun mengabulkan doanya itu,
lalu Kami hilangkan penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi
semua yang menyembah Allah. (Q.s. al-Anbiya’: 84).
Allah mengabulkan
Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku
dan anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Q.s. Shad: 35). Maka Allah
mengaruniakan kekuasaan yang besar dan
kekayaan yang banyak kepadanya. Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa
hendaknya mencamkan dalam hati ayat ini, “Sesungguhnya keadaan-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah.’ Maka
terjadilah ia. (Q.s. Yasin: 82) Sebagaimana
dinyatakan dalam
ayat ini, segala sesuatu itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan
Mengetahui setiap doa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar