Rabu, 10 Agustus 2011

Allah Berjanji akan Melipatgandakan Perbuatan Hamba-hamba-Nya yang Berbuat Kebaikan



 Allah berjanji akan melipatgandakan perbuatan hamba-hamba-Nya yang berbuatkebaikan. Sebagian ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan masalah ini adalahsebagai berikut:
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya.” (Q.s. al-An‘am: 160).
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (Q.s. an-Nisa’: 40).
Tanda yang paling jelas bahwa Allah melipatgandakan setiap perbuatan baik adalah perbedaan antara kehidupan di dunia dan akhirat. Kehidupan di dunia sangatlah singkat waktunya, yang lebih kurang berlangsung selama 60 tahun. Namun, orang-orang yang sibuk membersihkan diri mereka dan sibuk dalam amal saleh di dunia ini akan memperoleh pahala berupa kebaikan tak terbatas di akhirat sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan selama kehidupannya yang singkat di dunia. Allah telah menyatakan janji ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:
“Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik dan tambahannya.” (Q.s. Yunus: 26).
Kita perlu merenungkan pengertian “tak terbatas” agar dapat memahami besarnya pahala ini. Marilah kita bayangkan tentang semua orang yang pernah hidup di bumi, orang-orang yang sedang hidup di bumi, dan orang-orang yang akan hidup di bumi, bagaimana mereka menghabiskan setiap detik dalam kehidupan mereka. Tentu saja angka ini akan sangat besar jika dituliskan. Namun, sesudah “tak terbatas”, bahkan angka yang sangat besar ini tidak berarti apa-apa. Karena “tak terbatas” maknanya adalah tidak ada akhirnya, tidak memiliki batas waktu. Orang-orang yang taat kepada Allah ketika di dunia, mereka ketika di akhirat akan bertempat tinggal di surga. Mereka akan tinggal di sana untuk selama-lamanya, mereka akan memperoleh apa saja yang mereka inginkan, yang tidak ada batasnya. Tentu saja ini merupakan contoh yang harus direnungkan agar kita dapat memahami besarnya kasih sayang dan rahmat Allah.

Dakwah dan Jihad


Dakwah (mengajak orang pada Islam), jihad (berperang karena Allah), menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran semuanya adalah kewajiban dalam Islam yang tidak akan pernah bisa dilalaikan oleh seorang Muslim, laki-laki ataupun perempuan. Mereka adalah karakteristik dari Ahl ul Jannah dan semua itu adalah kegiatan para sahabat. Selanjutnya dalam Al Qur’an, Allah (swt) menghukum orang-orang yang melalaikan kewajiban-kewajiban ini dan berjanji akan menghukum mereka bersama para pelaku kejahatan, yakni orang-orang yang tidak beriman.
Apa yang telah Allah (swt) wajibkan kepada kita akan tetap menjadi wajib sampai hari pengadilan, juga apa yang Allah (swt) telah larang akan tetap terlarang sampai hari pengadilan nanti. Hukum-hukum Syari’ah tidak bisa berubah dalam Islam; itu adalah fakta atau salah satu dari prioritisasi dari kewajiban-kewajiban yang pokok ini bisa berubah. Selanjutnya, siapa saja yang hidup di daar ul harb atau dar ul Islam tidak bisa merubah peraturan-peraturan Allah.
Selanjutnya, adalah bukan hal yang tepat bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir untuk memihak dan memilih-milih ketetapan-ketetapan Allah (swt), mereka akan melaksanakan salah satu dari kewajiban-kewajiban tetapi meninggalkan yang lainnya, sebagaimana ini adalah salah satu dari karakter Yahudi. Allah (swt) berfirman:“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS Al Baqarah 2: 85)
Setelah membaca ayat di atas, mengapa pada saat ini kita masih menemukan orang-orang di tengah-tengah ummat Islam yang memilih hanya berbicara tentang shalat dan tidak tentang jihad; menginginkan Aqidah tetapi tidak meneima syari’ah; berdakwah tapi tidak berjihad? Bagaimana bisa mereka mengharapkan keselamatan dari hukuman Allah – Jahannam – pada saat mereka bertindak dengan sangat tak menentu? Bagaimana bisa mereka mengklaim pengikut Muhmmad (saw) ketika mereka memfitnah, mencela dan memerangi orang-orang yang bersungguh-sungguh mengikuti jejak Rasulullah (saw) pada jalan mencegah kemungkaran, menghina hukum buatan manusia dan ideologi-ideologi jahat dari orang-orang kafir?
Sungguh, Rasulullah (saw) dan para Shahabat-shahabatnya adalah orang-orang yang telah melakukan kewajiban-kewajiban itu. Ketika mereka berada di medan perang mereka berdakwah dan mencegah kemungkaran yang dilakukan dengan menggunakan pedang, dan ketika mereka tidak berada di medan perang mereka berdakwah dan mencegah kemungkaran dengan lidah mereka. Ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri; namun, berapa banyak kaum Muslimin pada saat ini yang ambil bagian dalam kewajiban yang mulia ini? Berapa banyak kaum Muslimin yang mempunyai keberanian seperti para Shahabat, mengekspos kejahatan masyarakat (seperti demokrasi dan kebebasan) secara terbuka dan terang-terangan, juga mengajak non-Muslim kepada satu dan satu-satunya jalan hidup yang diterima oleh Allah (swt)? Bagaimana bisa kita mengklaim sebagai pengikut Sunnah pada saat kita tidak mengikuti sunnah yaitu  memberikan dakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Tentu saja, orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah Ghurabaa’ (orang-orang yang terasing) di dunia. Rasulullah (saw) telah menginformasikan kepada kita bahwa mereka akan menjadi minoritas, dan mayoritas dari orang-orang akan menentang, menertawakan, mengejek, menyerang dan mengutuk mereka, tetapi Allah akan meridhoi mereka: “…Toobaa (surga) bagi Ghuraaba’ (orang-orang yang asing); mereka adalah orang-orang yang menyeru pada kebaikan (dan mencegah kemungkaran) pada saat orang-orang telah berbuat kerusakan.” (Musnad Imam Ahmad)
“Surga bagi Ghuraaba’:orang-orang yang shaleh di tengah-tengah orang-orang yang berbuat kejahatan. Orang-orang yang menentang mereka akan jauh lebih banyak daripada orang-orang yang menaati mereka.” (Musnad Imam Ahmad)
Maka kita menemukan banyak orang-orang pada saat ini yang mempunyai karakter seperti Khawarij (sebuah sekte menyimpang dalam Islam) yang berbicara sama seperti bahasanya sebagaimana Rasulullah (saw), bacaan Qur’an nya bagus dan melakukan banyak perbuatan baik, namun mereka tidak menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran secara terbuka dan terang-terangan, tidak menolak semua bentuk taghut dan tidak mempunyai wala’ dengan kaum Muslimin yang berbeda dengan mereka. Bahkan mereka lebih banyak menganggu risalah bagi kaum Muslimin yang mulai untuk meninggalkan Standart Islam dan menjadi mengesankan dengan penampakan dan keterpesonaan dengan kebaikan dari sekte jahat ini. Sayang sekali, mereka mempunyai pilihan untuk menyangkal petunjuk Muhammad (saw) dan mengikuti penyimpangan dari individu-individu yang salah ini.
Al-Ghuraaba’ selanjutnya tidak dengan mudah tergoda dengan argumen-argumen yang “mempesona” dari Khawarij, dan tidak mempunyai waktu untuk berdebat dengan orang-orang yang meninggalkan sunnah. Ketika mereka berada di medan perang mereka berdakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan pedang mereka, dan pada saat mereka tidak pergi ke medan perang (dengan alasan yang benar) mereka berdakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan lidah mereka.
Jihad dan dakwah adalah satu kesatuan; keduanya tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Jika seseorang tidak secara fisik berpartisipasi dalan jihad mereka harus berusaha mengajak orang-orang pada Islam dam mengekspos kemungkaran masyarakat – ini dengan pasti apa yang orang-orang beriman pada masa Rasulullah (saw) telah laksanakan pada saat mereka tidak bisa bergabung di medan perang. Mujahidin dan da’ie seharusnya tidak mempunyai waktu untuk membenarkan duduk dengan tenang di belakang dan mengabaikan dakwah. Tetapi  mereka akan melakukan apa yang telah diwajibkan dan juga menerima syari’ah-syari’ah yang telah Allah (swt)  tetapkan.
Apakah kita akan mengikuti Rasulullah (saw) dan para Shahabatnya atau kita hanya mengikuti hawa nafsu kita? Mari kita bertanggungjawab atas diri kita sebelum kita dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Pencipta.
Wallahu’alam bis showab!
Sumber Al Muhajirun

Adab Berpakaian dan Berhias


Allah SWT berfirman:“Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithon sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan kedua pakaiannya untuk memperhatikan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan syaithon-syaithon itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”(QS.Al A’raaf,7:26-27)
·         Pada waktu itu Adam a.s. telah diyakinkan oleh syaithon untuk memakan buah dari pohon sehingga pakaian-pakaian mereka terlepaskan
·         Hingga saat ini syaithon berusaha untuk membujuk manusia bahwa menanggalkan pakaian mereka adalah suatu kebaikan, dia menyebutnya dengan liberalisme, kebebasan, demokrasi, dan lain-lain.
Abdullah berkata, Rosulullah saw. Bersabda : ”Makan, minum, berbelanja dan berpakaianlah dan jangan berlebih-lebihan atau sombong atau dengan disertai riya’” (An-Nisaa’i : 2559, Musnad Imam Ahmad : 6656, Ibnu Majah :  3605)
1. Wajib Untuk Menutup Aurat
Allah swt.  berfirman:““Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik.” (QS.Al A’raaf,7:26)
Muhammad saw. Bersabda : ”Tidak diperbolehkan bagi laki-laki untuk melihat aurat laki-laki lain, dan perempuan untuk melihat aurat perempuan lain. Dan tidak seharusnya laki-laki tidur satu selimut dengan laki-laki lain dan perempuan tidur satu selimut dengan perempuan lain.” (Muslim 338, Musnad Imam Ahmad 11207, Tirmidzi 2973)
·         Aurat adalah bagian dari tubuhmu yang harus ditutupi
Ibnu Mahram berkata: Saya membawa batu yang berat dan saya membawanya hingga terengah-engah sampai-sampai pakaian saya terbuka dan saya tidak dapat menutupinya, lalu saya membawa batu tersebut hingga ke suatu tempat dimana saya menurunkannya, Rosulullah saw. Bersabda : ”Kembalilah dan bawa batu itu tapi jangan berjalan dengan telanjang”. (Muslim 341, Abu Dawud 4016)
 Ibnu Hakim berkata:Manakah dari aurat-aurat kami yang boleh kami perlihatkan dan mana yang tidak?” Maka jawab Nabi,”Peliharalah auratmu, kecuali terhadap istrimu atau hamba sahayamu”. Saya bertanya pula,”Kalau orang-orang itu berkumpul satu sama lain?” Jawab beliau,”Kalau kamu dapat agar tak seorangpun melihat auratmu, maka jangan sampai ia melihatnya” Tanya saya pula,”Kalau seorang dari kami dalam keadaan sendirin?” Maka jawab beliau,”Maka terhadap Allah, sepatutnya orang lebih merasa malu daripada terhadap sesama manusia.”
·         Bagi laki-laki: auratnya adalah dari pusar sampai lutut
·         Ada perbedaan pendapat tentang lutut apakah termasuk aurat atau tidak, akan tetapi mayoritas fuqoha (termasuk Hanafi, Maliki dan Hanbali) berpendapat bahwa itu adalah aurat
Rosulullah saw. berpapasan dengan seseorang dan orang tersebut mengatakan bahwa, ”Saya memakai pakaian, akan tetapi pahanya tidak tertutupi, Rosulullah saw. bersabda kepadaku,”Tutupilah pahamu karena itu adalah aurat”.
Imam Syafi’i (dan kita) menyakini bahwa antara pusar dan lutut adalah aurat, sedangkan pusar sendiri bukan aurat begitupun juga lutut bukan aurat. Bagi perempuan dari dada hingga lutut adalah aurat besar (yang utama)
Bagi perempuan segala sesuatu selainnya (selain dari dada hingga lutut) kecuali wajah dan tangan adalah aurat ringan
Asma’ datang mengunjungi Aisyah (saudara perempuannya), dia mengenakan pakaian yang tipis dari kepala hingga lututnya, kemudian Rosulullah saw. bersabda, :” Wahai Asma’ ketika seorang wanita mencapai baligh, tidaklah diperbolehkan untuk menampakkan sesuatu apapun kecuali ini dan ini (Beliau menunjuk pada muka dan tangannya)”
1.      Tidak ada dalil yang mengatakan bahwa seorang wanita bebas membuka auratnya dihadapan wanita lainnya.
2.      Bagi laki-laki tidak seorangpun kecuali orang-orang yang diperbolehkan baginya untuk melihat auratnya.
3.      Bagi wanita tidak ada perbedaan pendapat bahwa suami dapat melihat semua auratnya.
4.      Terdapat perselisihan pendapat tentang siapa saja yang dapat melihat aurat wanita
5.      Mahramnya tidak dapat melihat aurat besarnya dari dada sampai lututnya, ini termasuk juga ketiaknya dan bagian tubuh apa saja yang menutupi ketiaknya.
6.      Di depan wanita batasannya sama dengan mahram jika mereka adalah wanita yang dapat dipercaya.
7.      Ada perselisihan pendapat tentang wanita-wanita kafir karena mereka memungkinkan untuk menceritakan aurat wanita muslim kepada laki-laki lain
8.      Hanafi berpendapat bahwa perut diperbolehkan untuk ditampakkan di depan wanita lainnya dan di depan laki-laki mahramnya
9.      Diperbolehkan memakai pakaian yang terbuka di depan wanita lainnya sepanjang tidak memperlihatkan bagian –bagian yang indah
10.  Tidak diperbolehkan mengenakan pakaian yang menyerupai orang-orang kafir
Rosulullah saw. Bersabda :”Ada 2 golongan ahli neraka yang aku belum pernah melihatnya yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dipukulkan kepada manusia, dan perempuan-perempuan yang berpakaian (tetapi hakekatnya) telanjang, (jalannya) lenggang-lenggok, kepala (sanggul) mereka seperti ponok-ponok onta yang miring. Mereka adalah ahli neraka.”
Allah swt.  berfirman:“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah yang lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.(QS.An Nur,24:30)
Bagi suami dan istri tidak ada batasan aurat bagi masing-masing diantara keduanya.
Allah swt.  berfirman:“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela”.(QS.Al Mu’minuun,23:5-6)
Aisyah berkata:”Kita (Rosulullahsaw. dan Aisyah melakukan ghusl (mandi) dari tempat yang sama, tatkala kami mengambil air, kadang-kadang tangan-tangan kami bersentuhan”(Bukhori 261, Muslim 316)
Bagaimanapun juga, seharusnya kita tetap malu terhadap Allah, tatkala tidur bersama isteri/suami kita hendaknya ditutupi oleh selimut.
Rosulullah saw. melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian di tempat yang terbuka dan Rosul saw. menegurnya, Beliau bersabda :”Allah adalah pemalu, maka malulah terhadap Allah bukan malu terhadap dirimu, Dia menerima rasa malu dari orang-orang yang pemalu, dan Dia menyukai kamu dalam keadaan tertutupi (auratnya) dan Dia akan menutupi/melindungimu di hari pengadilan nanti”. (Abu Dawud 40192, Musnad Imam Ahmad 17509)
Ibnu Hakim bertanya:“Kalau seorang dari kami dalam keadaan sendirian? Rosul menjawab:”Maka terhadap Allah, sepatutnya orang lebih merasa malu daripada terhadap sesama manusia.”
2. Dilarang Untuk Meniru Lawan Jenis
Dilarang bagi laki-laki untuk menyerupai wanita dan bagi wanita untuk menyerupai laki-laki, bagi seorang wanita untuk berjalan seperti berjalannya laki-laki atau berkelakuan seperti laki-laki dan terdapat sebuah kutukan atas mereka jika mereka melakukannya.
Rosulullah saw. mengutuk/melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki
Dalam hadits lainnya dikatakan :”Rosulullah saw. melaknat laki-laki yang menjadi wanita dan wanita yang menjadi laki-laki”. Ada hadits yang mengatakan, :”Siapa saja yang ingin berbicara dan berjalan seperti lawan jenisnya maka usirlah mereka dari rumahmu”. Umar bin Khattab telah mengusir seorang laki-laki untuk keluar dari kota karena alasan ini.(Bukhori 5885,5886, Musnad Imam Ahmad 1983)
Dalam hadits ini telah jelas bahwa laki-laki dilaknat untuk menyerupai lawan jenisnya, apakah dalam hal berpakaian, berbicara, bekerja, dan lain-lain. Jadi kita tegaskan dalam hal berjalan, berbicara, bekerja dan berpakaian.
Jika seseorang secara natural/alami terlihat seperti itu misalnya laki-laki yang bicaranya/suaranya secara alami lembut atau seorang wanita yang memiliki kumis yang lebat, jika kamu seperti keadaan ini, maka Ibnu Hajar berpendapat,”Jika seorang laki-laki secara natural seperti ini atau wanita yang secara natural memiliki suara yang besar, maka lunakkanlah suaramu ini dan bagi laki-laki seharusnya membesarkan suaranya”.
Dalam persoalan yang lain jika seorang laki-laki mengenakan pakaian wanita maka tendanglah ia keluar, sama juga bagi wanita, jika dia mengenakan celana panjang dan kemeja, maka dia tidak boleh memakainya walaupun hanya dipakai di dalam rumah. Hadits tadi mengatakan bahwa janganlah berpenampilan atau bertingkah laku seperti lawan jenis. Hadits tersebut menjelaskan tentang larangan bagi wanita untuk melepaskan suaminya jika mereka benar-benar laki-laki.
Laki-laki yang memutuskan seperti ini (menyerupai wanita/banci) tidak bisa memimpin sholat atau memimpin untuk berbicara di depan publik, jika kamu melakukannya, maka kamu harus mengeraskan suaramu, jika ada seorang wanita yang berbicara maka keraskanlah suaramu.
3. Dianjurkan Untuk Memperlihatkan Ni’mat Yang Telah Diberikan Allah Dalam Pakaianmu
Dianjurkan untuk memperlihatkan rasa syukurmu (kekayaan) dalam pakaianmu dengan cara yang baik, yang menunjukkan kebaikan Allah yang telah dilimpahkan atas dirimu.
Kenakanlah pakaian terbaikmu meskipun hanya di rumah
Ketika kamu keluar, berpakaianlah dari pakaian terbaikmu yang tersedia pada waktu itu
Jika kamu memiliki satu pakaian lama dan satu pakaian baru maka kenakanlah pakaian yang baru
“ Saya datang kepada Rosulullah saw. dengan mengenakan pakaian yang lama, Beliau  bersabda, :”Apakah kamu memiliki harta dan uang?”Dia menjawab,”Ya” Beliau saw. bertanya,”Apakah macam dari hartamu itu?” Dia menjawab,”Allah swt. telah memberikan kepadaku unta-unta, kambing, kuda dan hamba sahaya”.”Jika Allah telah memberikan itu, maka perlihatkanlah, kebaikan-kebaikan itu supaya dapat dilihat oleh Allah dan orang-orang yang melihatnya”.(Abu Dawud 4063), Albaani 5457, Musnad Imam Ahmad 15223).
Allah SWT berfirman:“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid”.(QS.Al A’raaf,7:31)
4. Dilarang mengenakan pakaian secara sombong
Abu Hurairah meriwayatkan,Rosulullah saw. bersabda, :”Seseorang yang berjalan dengan berpakaian secara sombong dimuka bumi ini maka Allah tidak akan melihatnya di hari pengadilan kelak”.(Bukhori 5788, Muslim 2087, Musnad Imam Ahmad 8778).
Rosulullah saw. bersabda, :”Seorang yang berjalan dengan rasa bangga dan berjalan dengan sombong, Rosulullah melihatnya dan beliau bersabda,”Allah swt. akan menyeret kaki bawahnya di hari pengadilan nanti dari tempatnya ke dalam api neraka”. (Bukhori 5789, Muslim 2088, Musnad Imam Ahmad 7574, Darami 437).
Islam melarang kamu untuk menarik-narik pakaianmu (dengan tujuan sombong)
Janganlah mengulur-ulurkan pakaianmu tatkala berjalan
Allah swt.berfirman:”Kebanggaan adalah pakaianku dan kebesaran adalah milikku”
Rosulullah saw. Bersabda :”Kekuasaan adalah hukum-hukum/peraturan dari Allah Yang Maha Kuasa dan hal-hal yang berkenaan dengan-Nya adalah kebanggaan-Nya, siapapun yang bersaing dengan Allah dalam hal ini maka dia akan dihukum”.(Muslim 2620, Musnad Imam Ahmad 7335, abu Dawud 4090)
5. Dilarang Untuk Memakai Pakaian Yang Menjadi Sorotan/Pusat Perhatian
Rosulullah saw. Bersabda :”Siapa saja yang mengenakan pakaian yang membikin heboh di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian yang menghinakan kelak di hari kiamat”.(Musnad Imam Ahmad 5631, Abu Dawud 4029)
·         Dilarang untuk menyerupai orang-orang yang menyimpang/sesat
·         Dilarang mengenakan pakaian yang menyebabkan seseorang menjadi heboh dengan memakainya
6. Dilarang Bagi Laki-Laki Untuk Mengenakan Emas atau Sutra
Dilarang bagi laki-laki untuk mengenakan emas dan sutra tanpa illat (sebab syar’i) dan diperbolehkan bagi wanita untuk mengenakannya tanpa sebab. Dilarangnya bagi laki-laki dengan pertimbangan:
·         Karena istilah pakaian/ sesuatu yang dikhususkan dipakai oleh wanita
·         Laki-Laki adalah orang yang melindungi istri, itulah kenapa mereka (para wanita) mengenakan emas dan bahan-bahan seperti sutra, sedang laki-laki tidak mengenakannya karena dia adalah orang yang melindungi si pemakainya.
Talib berkata:”Rosulullah saw. memegang sutra ditangan kanannya dan sutra ditangan kirinya lalu bersabda,”Ini dilarang bagi laki-laki dari umatku” (Abu Dawud 4057, An Nisaa’I 5144, Ibnu Majah 3595, Albaani (hadist shohih) 3422).
Abi Umana menceritkana, bahwa Rosulullah saw. Bersabda :”Barangsiapa yang mengenakan sutra di dunia, maka tidak aan memakainya di hari akherat kelak”.(Muslim 2074).
Abu Hurairah berkata:“Rosulullah saw. melarang memakai cincin emas” (Bukhori 5864, Muslim 2089, Musnad Imam Ahmad 9709, An Nisaa’I 5273).
·         Jadi larangan secara umum untuk mengenakan emas dan sutra
·         Diperbolehkan jika suatu alasan penyakit atau untuk berperang dan lain-lain.
Anas melaporkan, Rosulullah saw. memperbolehkan Abdurrahman dan Zubel untuk memakai pakaian sutra, disebabkan penyakit kulit  gatal yang mereka derita”.(Bukhori 2919, Muslim 2076), Musnad Imam Ahmad 11821)
·         Diperbolehkan memakai sutra dalam perang
·         Atau dalam keadaan darurat untuk menutup aurat jika tidak tersedia apapun untuk menutupinya
·         Dalam perang diperbolehkan untuk terlihat seperti laki-laki yang masih muda supaya dapat memberikan kesan segar bagi setiap orang, diperbolehkan juga untuk menyelup/menyemir janggutnya agar berwarna hitam untuk terlihat muda dihadapan musuh
·         Islam memperbolehkan bagi laki-laki untuk mengenakan sutra akan tetapi tidak boleh melebihi dari lebar 4 jari
·         Dalam sebuah hadits dikatakan 3 atau 4 ukuran jari, Umar Ibn Khattab berkata untuk memakai sutra, ukurannya dari ukuran 2 atau 3 atau 4 jari, ini tergantung dari ukuran jari masing-masing orang, bisa jadi ukuran 2 jari seseorang sama dengan ukuran 4 jari orang lain.
·         Diriwayatkan oleh Fajar: ”Dia adalah shahabat dalam perang Kulab, dia kehilangan hidungnya dan hal tersebut tercium oleh orang lain lalu orang tersebut berkata.”Tinggalkanlah dirinya”, Rosulullah saw. bersabda,”Kenakanlah penutup hidungnya dari emas” dan dia dibuatkan satu penutup hidung dari emas dengan 2 lubang”’
Terjemahan Abdul Rahman Ul Turfa (Abu Dawud 4332, Musnad Imam Ahmad 18527, Tirmidzi 1770, An Nisaa’I 5161)
Diperbolehkan untuk mengenakan emas jika alasannya untuk pengobatan
Emas untuk pelindung hidung atau gigi yang terbuat dari emas dan lain-lain diperbolehkan
Ada perselisihan pendapat diantara fuqoha apakah anak-anak diperbolehkan memakai sutra atau tidak
Bagi gadis muda diperbolehkan
Mayoritas ulama berpendapat tidak diperbolehkan, larangan bagi laki-laki juga bagi anak laki-laki, karena kamu mengajari mereka usia 7 tahun dan mendisiplinkan mereka usia 10 tahun, jadi mereka tidak diperbolehkan (karena sudah didisiplinkan) menginjak usia 10 tahun
Ibnu Taimiyah juga berpendapat tidak boleh
Sheikh Umar Bakri Muhammad berpendapat mengikuti pendapat yang dilarang dalam berbagai usia.
“Umar bin Khattab melihat seorang anak laki-laki yang mengenakan sutra, dia kemudian melepaskannya dan berkata,”Janganlah kamu memakainya, laki-laki lain yang melihatnya juga melakukan hal yang sama dan sabda Rosul,” Janganlah memakainya, walaupun anak kecil tidak dihisab, tetapi ia (anak kecil tersebut) dapat dijadikan dalil bagi yang lainnya”. (Kitab Al Fattawa vol.22 hal.143, An Nisaa’I 5161).
7. Dilarang Bagi Wanita Untuk Menampakkan Perhiasannya Kecuali Kepada Siapa Saja Yang Diizinkan Allah Melihatnya, Pengecualiannya Ada Dalam Ayat.
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman,”Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasaanya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembuyikan.” (QS.An Nur,24:31)

Apakah yang biasa nampak itu?
·         Sebagian berpendapat wajah dan telapak tangan
·         Sebagian berpendapat pakaian (yaitu jika pakaian tersebut tidak menyilaukan pandangan maka mereka dapat menunjukkannya) mereka mengatakan bahwa semua bagian wanita adalah aurat (pendapat Hanbali dan Salafi hingga saat ini).
Salafi berpendapat bahwa apa yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangannya (Jika dia tidak dalam keadaan mempesona yaitu tidak sedang bermake up dan berdandan)
Hanafi berpendapat wajah, telapak tangan dan kaki
Kita berpendapat bahwa dalil yang kuat adalah wajah dan telapak tangan merupakan bagian yang sering nampak
Perhiasan yang tersembunyi adalah wajah dan telapak tangan, ini sesuai dengan pendapat Hanbali
Wajah bukanlah aurat akan tetapi sebagian perhiasan harus ditutupi
8. Memukulkan Kakinya Agar Diketahui Adalah Aurat
“…Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”.(QS.An Nur,24:31)
·         Memukulkan kaki agar diketahui kakinya, itu adalah aurat
·         Maka tidak diperbolehkan bagi wanita untuk memukulkan kaki mereka supaya pergelangan kaki bisa tampak
·         Wanita-wanita Arab biasa mengenakan gelang kaki
·         Sunnah untuk memendekkan pakaian bagi laki-laki dan memanjangkan pakaian bagi wanita
·         Bagi laki-laki pakaiannya panjangnya sampai antara pertengahan kaki hingga diatas mata kaki, jadi diatas mata kaki adalah batas maximum hingga pertengahan kakinya.
·         Bagi wanita pakaiannya tidak boleh menunjukkan apapun walaupun hanya kakinya, sebab itu adalah auratnya (pendapat Syafi’i, Hanafi berpendapat bahwa itu diperbolehkan beserta sekitar mata kakinya).
Abu Hurairah meriwayatkan Rosulullah saw. Bersabda : ”Apa saja yang berada dibawah mata kaki dari pakaianmu adalah berada dalam neraka bagimu” (Bukhori 5787, Musnad Imam Ahmad 10177)
·         Imam Ahmad berpendapat,”Panjangnya pakaian orang-orang yang beriman (laki-laki) adalah dari pertengahan kakinya turun ke bawah dan berhenti (diatas) mata kakinya, sesuatu yang berada di bawah mata kaki maka itu berada dalam neraka”.
Abu Dzar meriwayatkan, Rosulullah saw. Bersabda : ”Tiga orang, yang mana Allah tidak akan melihat mereka atau mengampuni mereka atau memuji mereka”, beliau mengulanginya tiga kali. Abu Dzar berkata,”Orang-orang yang tidak memiliki/mengetahui apa itu rasa malu”.
Rosulullah saw. Bersabda : ”Orang yang mengenakan pakaiannya bawah mata kakinya dan orang yang memberi sumbangan dan berbicara seputar itu, lalu beberapa tahun kemudian mengingatkan kamu, jangan ulangi pertemuan denganmu setiap waktu dan orang yang menjual kebaikan-kebaikan dengan bersumpah demi Allah dan berbohong dengan menjual perkataannya itu, (mengatakan kepada kamu saya bersumpah atas nama Allah Yang Terbaik Dalam Hisabnya di dunia dan kamu akan menemukannya di kemudian hari bahwa perkataannya itu kuno dan usang)”.(Muslim 106, Musnad Imam Ahmad 20811, Tirmidzi 1211)
Ummu Salamah, istri Rosulullah saw. berkata:“Ketika anda membicarakan tentang pakaian diatas mata kaki bagi laki-laki, bagaimana tentang pakaian untuk wanita?”Dia saw.  menjawab,”Panjangkanlah satu jengkal dari pertengahan kakinya”Dia (Ummu Salamah) bertanya: Kalau begitu, kakinya masih nampak? Dia saw.  menjawab:”Kalau begitu, panjangkanlah satu lengan penuh/satu hasta dari pertengahan kaki” (Musnad Imam Ahmad 25972, Abu dawud 4117, Tirmidzi 1732)
Jadi pakaian wanita yang dapat diterima adalah menutupi mata kaki
Makruh bagi laki-laki untuk menutupi mata kaki mereka dan haram jika bertujuan untuk sombong, Abu Bakar berkata,’Muhammad saw. melihat aku sebagai orang yang gagal karena mengenakan jubah hingga ke bawah”. Beliau saw. Berkata : ”Janganlah kamu melakukannya karena itu menunjukkan kesombongan, jika kamu tidak bisa maka rampingkanlah/sederhanakan pakaianmu,”Dia (Abu Bakar) berkata,”Satu dari dua jubahku dipotong karena sesekali jatuh kebawah”. “Sombong/tidaknya kamu dengan pakaianmu itu tergantung dari niatannya”.
Apakah usahamu untuk meletakkannya seperti usahamu melepaskannya, itu bukanlah sebuah persoalan tapi yang penting dia telah mengatakan kepadamu bahwa ia bukanlah orang yang sombong.
Jadi Fuqoha berpendapat kita dapat menggunakan analogi itu, tetapi yang dianjurkan secara umum, Rosulullah saw. menyebutkan neraka bagi yang mengenakan pakaian di bawah mata kaki yang menunjukkan sebuah permintaan/seruan, siapa saja yang melakukannya untuk menunjukkan popularitas (jika kita sesuaikan dengan hadits-hadits tersebut) maka kamu berdosa, berpeganglah kepada sunnah.
“Rosulullah saw. pernah pergi untuk menunaikan sholat sedang pakaiannya berada di bawah mata kaki”(Bukhori 5785, Musnad Imam Ahmad 19877, An Nisaa’I 1502)
“Rosulullah saw. pernah berlari menuju masjid ketika dia melihat gerhana matahari sedangkan pakaiannya sampai ke lantai” (Bukhori 5787) Dapat kita katakan disini bahwa, beliau mengatakan kepada kita, dia tidak melakukannya dengan tujuan sombong akan tetapi karena beliau dalam keadaan tergesa-gesa.
9. Dilarang Untuk Memakai pakaian-pakaian Yang Bersimbol Kekufuran, seperti tanda salib Atau sesuatu Yang Lain Yang Berhubungan Dengan Agama Lain Atau Sesuatu Yang Disertai Dengan Gambar-gambar Orang-Orang Yang Bernyawa (Atau Binatang-Binatang).
·         Tidak ada simbol-simbol yang diperbolehkan atas pakaian
·         Tidak ada gambar binatang-binatang atau manusia
Dilaporkan oleh Aisyah r.a. Bahwa Rosulullah saw. tidak setuju dengannya ketika dia membuat sebuah bantal untuknya dengan gambar-gambar dari sesuatu yang hidup. Al Qasim membeli sebuah bantal dengan gambar binatang-binatang dan Rosulullah saw.  tidak masuk ke rumahnya.Dia (Aisyah) berkata,”Katakan padaku apa yang aku perbuat dan aku akan bertobat”.Rosul menawab,”Buat apa bantal ini?” Dia (Aisyah) menjawab,”Aku membelinya untukmu, untuk engkau duduki dan engkau jadikan sandaran. Rosul menjawab,”Sesungguhnya tukang-tukang gambar lukisan ini kelak akan disiksa pada hari kiamat, seraya dikatakan kepada mereka:”Hidupkanlah apa yang kamu cipta itu dan mereka tidak akan pernah dapat melakukannya dan malaikat-malaikat tidak akan pernah masuk ke dalam rumah yang ada gambar-gambarnya.”(Bukhori 5957,Muslim 2107, Musnad Imam Ahmad 25559).
Dalam sebuah hadits dikatakan,”Jika kamu ingin menggambar, gambarlah pohon atau gunung”. Fuqoha lainnya berpendapat bahwa yang ada dalam hadits diatas adalah tirai bukan bantal dan Aisyah memotongnya lalu membuatnya menjadi bantal, Rosul pun duduk di atasnya. (Ada hadist yang menyebutkan bantal)
Umar bin Khattab melaporkan “Aisyah tidak meninggalkan apapun dalam rumah Nabi sebuah salib kecuali merusakkannya atau menyingkirkannya”.(Bukhori, Musnad Imam Ahmad 23740, Abu Dawud 4151)
Aisyah berkata,”Rosulullah saw. kembali dari perjalanan dan tanpa sadar aku meletakkan tirai yang bergambar binatang-binatang, ketika Rosulullah datang, dia menariknya dan memotongnya menjadi potongan-potongan dan bersabda,”Allah akan menghukum orang-orang yang bersaing dengan-Nya dalam ciptaan-Nya”.Saya membuat dua bantal dengan tirai itu.”(Bukhori 5954, Muslim, Musnad Imam Ahmad 24197)
Suatu keharaman sholat dengan pakaian yang bergambar salib atau binatang-binatang. Jika dia mengetahui memiliki tanda salib dipakaiannya dan bangga terhadapnya maka dia telah kufur.
·         Jika dia sholat dengan pakaian tersebut maka dia berdosa dan sholatnya tidak sah
·         Sebagian fuqoha berpendapat bahwa dia berdosa tetapi sholatnya tetap sah
·         Dia seharusnya mengubah gambar tersebut (merusaknya)
Jika tanda salib tersebut tidak nampak, maka kamu berdosa akan tetapi sholatmu tetap sah.
Bagaimana tentang sholat dalam ruangan yang terdapat gambar manusia atau binatang yang diletakkan di dinding?
·         Itu adalah haram jika ada dalam masjid
·         Itu adalah makruh jika ada dalam rumah
·         Itu diperbolehkan di tempat-tempat umum seperti kantor
10. Kapanpun anda mengenakan sesuatu mulailah dengan sisi tangan kanan
Jika anda mengenakan kemeja/hem, mulailah dengan sisi lengan kanan. Dilaporkan oleh Aisyah ra,”Rosulullah saw. menyukai memulai segala sesuatu dengan sisi kanannya  dalam bersuci, dalam berpakaian serta ketika menaiki sesuatu” (Bukhori 5854, Muslim 268, Musnad Imam Ahmad 24106)
·         Dianjurkan untuk mengerjakan segala sesuatu dengan sisi kanan terdahulu
·         Jika kamu masuk ke toilet, masuklah dengan sebelah kiri terlebih dahulu dan keluar dengan kaki kanan, masuk ke dalam masjid dengan kaki kanan terlebih dahulu akan tetapi meninggalkan masjid dengan mendahulukan kaki kiri.
Sumber Al Muhajirun